Minggu, 13 Desember 2015

Ketika Hidup Anda Berubah Secara Tiba-Tiba


Cast Away Sebuah Film Tentang Arti Kehidupan

Mungkin banyak yang tahu tentang cerita film Titanic atau ThePursuit of Happyness. Kedua film terkenal ini sama-sama mengajarkan arti penting kehidupan. 
Bila Titanic banyak bercerita tentang cinta dan cara menghargai cinta tersebut, sedangkan The Pursuit of Happyness banyak bercerita tentang semangat pantang menyerah dalam menjalani kehidupan. 
Namun, disini kita tidak akan membahas kedua film tersebut. 

Kita akan membahas sebuah film yang berjudul Cast Away
Film yang sama-sama mengetengahkan tema tentang kehidupan tetapi dengan makna cerita yang lebih berkesan.
Cast away merupakan sebuah film yang berkisah tentang seorang tokoh bernama Chuck Nolan yang merupakan seorang eksekutif muda di FedEx. Chuck Nolan adalah seorang yang memiliki semangat tinggi dalam bekerja, jika dapat disebuat dia merupakan seorang yang gila kerja. 
Pada suatu hari Chuck Nolan sendiri akan melakukan kunjungan ke Malaysia. Namun tragisnya pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan dan hanya dia seorang yang selamat. Chuck akhirnya terdampar disebuah pulau terpencil. 
Selama 4 tahun terdampar, dia selalu berpikir bagaimana caranya untuk pulang ke rumah. Keinginanya yang kuat untuk pulang pada akhirnya mengalahkan segalanya. 
Pada akhirnya Chuck berhasil pulang namun begitu dia pulang, kehidupan yang diharapkannya telah banyak yang berubah. 
Dalam tulisan ini tidak akan dibahas secara mendetail mengenai cerita dalam film tersebut. Tulisan ini akan membedah film Cast Away dengan menggunakan teori-teori sosial yang ada.

Sekarang kita mulai dari sebuah teori yang disampaikan oleh Herbert Marcuse. Herbert Marcuse adalah seorang tokoh Mazhab Frankfurt yang terkenal akan teori one dimensional man
Marcuse melihat bahwa masyarakat industri modern adalah masyarakat yang tidak sehat, berdimensi satu, represif, totaliter, dan mengurusi berbagai bidang lainnya. 
Dalam hal ini Marcuse percaya bahwa teknologi modern telah membawa berbagai perubahan besar pada pola hidup manusia yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan kapitalisme (Upo 2010: 252). 
Pertumbuhan kapitalisme pada akhirnya akan menjadikan manusia modern sebagai manusia yang berdimensi satu yaitu manusia yang hanya mendambakan kebahagiaan. 
Kebahagiaan yang didambakan oleh manusia sangat tergantung dari jenis kebutuhannya masing-masing. 
Salah satu upaya untuk mencapai kebahagiaan tersebut adalah dengan bekerja yang tidak lagi mengindahkan martabat manusia.
Jika kita melihat kasus Chuck Nolan, dalam adegan awal film tersebut digambarkan bagaimana Chuck Nolan adalah seorang sosok yang represif, mengurusi segala hal dan sangat totaliter dalam hal waktu. 
Hal ini menunjukkan apa? Kita menjadi tahu mengapa Chuck Nolan dan banyak orang di luar sana  yang berprilaku seperti ini. Hal ini tidak lain dan tidak bukan disebabkan oleh sebuah sistem yang totaliter yang menguasai segala struktur kehidupan manusia. 
Sistem yang luar biasa ini adalah teknologi. Kemampuan manusia yang pada awalnya menciptakan sistem ini justru berbalik menguasai manusia modern. Itulah sebab mengapa Chuck Nolan dalam hal ini menjadi pribadi yang berdimensi satu.
Lantas pertanyaannya adalah bagaimana cara manusia untuk lepas dari sistem yang dibuat ini? Dalam film tersebut digambarkan Chuck Nolan baru bisa lepas dari sistem ini ketika dia terdampar di sebuah pulau terpencil. 
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah apakah semua manusia harus mengasingkan diri dan pergi ke hutan dan meninggalkan teknologi. 
Tampaknya tidak, Herbert Marcuse manyampaikan argumen yang abstrak dan hati-hati untuk menjawab hal tersebut yaitu: 
pertama, perlu sedapat mungkin seseorang mengurangi kekuasaan baik kekuasaan ekonomi dan politik. 
Kedua, perlu mengurangi perkembangan yang berlebihan, antara lain menolak kebutuhan palsu yang secara artifisial dibangkitkan oleh sistem produksi modern dan meninggalkan semua usaha untuk semakin meningkatkan mutu kehidupan (Upo 2010:255).
            Teori kedua yang dapat digali dari film ini adalah teori rasionalitas tindakan komunikasi karya Jurgen Habernas. Dalam teori ini disampaikan bahwa komunikasi merupakan persetujuan yang suka rela, tidak dipaksakan, tidak manipulatif, dan simetris (Upo 2010:258). 
Berbagai syarat telah dikemukakan Habernas dalam teorinya antara lain komitmen untuk saling paham dan bukan sekedar efisiensi atau efektifitas. 
Ide Habernas mengenai tindakan komunikatif mengandaikan kapabilitas perbincangan dan tindakan di dalam orbit argumentasi. 
Dalam teorinya sendiri rasionalitas komunikatif terletak dalam kesaling pemahaman manusia untuk mencapai kesaling pengertian terhadap manusia lainnya.
Bagaimana dengan kasus Chuck Nolan yang ketika terdampar di pulau terpencil tidak melakukan komunikasi dengan siapapun kecuali, dengan sebuah bola yang dia panggil Wilson. 
Rasionalkah komunikasi tersebut, mengingat fakta bahwa ucapan-ucapan yang disampaikan oleh Chuck Nolan kepada Wilson adalah ucapan yang sifatnya ilmiah dan rasional, terutama saat adegan ketika Chuck Nolan menyampaikan kegelisahannya bahwa dia tidak mungkin keluar dari pulau tersebut kepada Wilson. 
Apakah komunikasi antara manusia dengan non-manusia dapat kita sebut tidak rasional? Kasus sehari-hari untuk dalam kehidupan manusia adalah upaya kita berkomunikasi dengan Tuhan, apakah hal tersebut rasional?
Mengingat manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial yang kesehariannya melakukan kegiatan komunikasi. 
Lalu ketika suatu hari anda dibawa kesuatu tempat terpencil tanpa seorang pun bagaiman jadinya anda setelah 4 tahun? Apa yang akan anda lakukan untuk mengusir kesepian anda? Apakah satu-satunya cara untuk mengusir kesepian adalah seperti upaya yang Chuck Nolan lakukan yaitu membentuk sebuah sosok yang seolah-olah memiliki jiwa dan kemampuan komunikasi untuk diajak berbicara. 
Kemudian pertanyaannya ketika terjalin ikatan bathin antara Chuck Nolan dengan Wilson (Sebuah Bola), apakah Chuck Nolan dapat kita sebuat gila, bahkan ketika dia harus berpisah dengan Wilson dia menjadi sangat sedih dan sangat kehilangan.
Dapat kita jawab komunikasi pada dasarnya tidak selalu rasional dan harus mendapat feedback berupa simbol-simbol langsung. Komunikasi rupanya juga dapat terbentuk tanpa hal ini, yaitu ketika terjadi perasaan pertalian emosi yang tinggi akan suatu hal. Sebagai contoh, doa kita kepada Tuhan, kita selalu beranggapan bahwa Tuhan mendengan doa kita padahal Tuhan tidak pernah berkomunikasi dengan kita (dalam arti fisik), tapi mengapa kita selalu pergi ke kamar setiap malam dan begitu keluar mengatakan Tuhan telah menjawab doa kita. Perasaan ini sangat mirip dengan apa yang dialami oleh Chuck Nolan yang merasa bahwa ketika dia berbicara dengan Wilson. 
Dia merasa bahwa Wilson selalu mendengar dan memahami apa yang ia katakan. Walaupun Wilson hanyalah sebuah Bola.
Lalu ketika Chuck Nolan menjalani hari-harinya yang sepi pulau terpencil, kita seperti melihat roda waktu diputar kembali bagaimana cara manusia primitif menangkap ikan, membuat api, menulis di dinding dengan batu kapur. 
Yang pada dasarnya merupakan kegiatan ketika manusia belum mengenal peradaban. Semua ini merupakan peristiwa yang Chuck Nolan sendiri alami. Lantas yang menjadi pertanyaan mengapa manusia masih bisa mengingat kebiasaan nenek moyangnya ratusan ribu tahun lalu. 
Dari mana Chuck Nolan tahu bahwa cara mengidupkan api adalah dengan menggosokan kayu pada kayu lainnya.  Apakah ini dia dapat di sekolah atau melalui kegiatan pramuka. 
Mungkin jawabanya bukan itu, hal ini merupakan bakat alamiah manusia yang telah lama ada dan tersimpan dalam setiap kode genetik (gen) manusia. Manusia secara naluriah akan bisa melakukan hal-hal diatas ketika teknonogi dan peralatan modern yang menunjang hidupnya selama ini tiba-tiba hilang.
            Lalu yang terakhir adalah mengenai konsep waktu yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari yaitu: ketika berjalan bersama teman-teman atau orang yang anda kasihi anda akan merasa waktu begitu cepat berlalu namun, ketika anda malakukan kegiatan yang membosankan anda akan menemukan waktu itu begitu lama. 
Apakah fenomena ini nyata? Tampaknya Chuck Nolan mengalami sendiri hal ini bayangkan, ketika dia memiliki waktu dengan Kelly (calon istrinya) untuk bertemu dia merasa bahwa pertemuan itu terlalu siangkat. 
Namun ketika dia berada di pulau terpencil tersebut dia merasa waktu sejam bagaikan sehari, sehari bagaikan setahun, dan empat tahun bagaikan ribuan tahun. Fenomena apakah hal ini? Albert Einstein pernah menyampaikan sebuah teori yang sangat hebat dalam bidang fisika, dia mengatakan bahwa waktu tidaklah berjalan secara konstan namun waktu tersebut berjalan secara relatif pada setiap ruang dimensi. 
Walaupun teori ini umunya digunakan pada bidang fisika untuk menjelaskan masalah dalam hal astronomi namun kali ini akan kita pakai untuk menganalisi fenomena unik ini.
          Einstein mengatakan waktu dipengaruhi oleh ruang dimensi tempat seseorang berada. 
Jika Chuck Nolan sebelumnya adalah pribadi yang selalu merasa kekurangan waktu saat bekerja dan sangat disiplin akan waktu. 
Tiba-tiba ketika dia berada disebuah pulau terpencil dia mersakan begitu lama waktu yang telah dia jalani di pulau tersebut dan selalu ingin pulang ke New York. 
Ini juga sebagai bukti kebenaran teori tersebut bahwa konsep waktu antara satu tempat dengan tempat lainnya berbeda. Jika kita bawa kasus ini pada level manusi saat ini. 
Manusia saat ini persis seperti Chuck Nolan yaitu manusia yang selalu merasa waktu berjalan begitu cepat, namun ketika mereka berada dalam sebuah ruang dan mengalami saat yang tidak menyenangkan mereka kemudia berpikir bahwa waktu tersebut sangat lama.
            Gambaran tentang film diatas adalah sedikit pesan yang mampu ditangkap oleh penulis, sisanya masih sangat banyak pesan-pesan penting yang sangat berharga untuk dijadikan cermin dalam hidup. 
Film yang hanya memiliki durasi sekitar 143 menit ini memiliki banyak nilai-nilai tersembunya yang biasanya hanya akan dilihat oleh orang yang professional dalam bidang film. 
Jadi kesimpulannya lihatlah film dari pesan-pesan yang disampaikan bukan dari special effect sebuah film.

Daftar Pustaka: Upo, Ambe (2010). Tradisi Aliran Dalam Sosiologi: Dari Filosofi Positivistik Ke Post-Positivistik. Jakarta: RajaGrafindi Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar